Saksikan official trailer Badarawuhi di Desa Penari di sini.
Badarawuhi dikenal bak entitas yang memiliki kekuatan nan besar hingga mampu mengakhiri nyawa seseorang. Kisahnya ini diangkat menjadi film Badarawuhi di Desa Penari yang tayang tak hanya di Indonesia, tapi juga Amerika. Berikut, kisah asal usul Badarawuhi yang pernah diusir dari Pantai Selatan dan menjadi penguasa lelembut yang paling ditakuti di daerah Jawa paling Timur.
Sosok Badarawuhi dianggap sebagai legenda masyarakat Jawa Timur sejak lama. Namun, cerita Badarawuhi semakin merajalela dan dipercaya bahwa sosoknya nyata adanya, bahkan masih menguasai sebagian daerah Jawa, terutama Jawa paling Timur.
Ada beberapa misteri Badarawuhi yang janggal, mulai dari yang teradaptasi di film Badarawuhi di Desa Penari ketika sosok ini ingin menjadikan seorang wanita calon dawuh (penari) dan menari selama-lamanya untuk para lelembut di dunia lain. Keinginan Badarawuhi ini menjadi tumbal untuk para warga Desa Penari. Semua warga desa harus melakukan ritual agar Badarawuhi dapat memilih calon dawuhnya yang terdiri dari tujuh orang per ritual.
Tengah ritual dijalani, para penari terpaksa menari untuk para lelembut tanpa mereka sadari. Kemudian, Badarawuhi akan memilih satu dawuh yang sangat disukainya untuk tetap tinggal bersamanya.
Tak hanya ini, kisah asal usul Badarawuhi juga kembali muncul saat Desa Penari kedatangan para mahasiswa yang hendak menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN). Bukannya fokus KKN, mahasiswa yang terlanjur tinggal di desa tersebut harus mengalami kejadian mistis yang mengamcam nyawa, karena Badarawuhi telah memilih seorang wanita yang akan menjadi calon dawuhnya. Kisah ini dapat disaksikan di film KKN di Desa Penari.
Baca juga: Cerita Badarawuhi menurut Penonton: Film Mendunia Kualitas Internasional
Inilah Kisah Asal Usul Badarawuhi Asli yang Masih Berkaitan dengan Nyi Roro Kidul
Banyak yang bertanya, sebenarnya siapa itu Badarawuhi?
Berdasarkan kisah asal usul Badarawuhi; sosok ini berkaitan dengan Ratna Nareh, seorang murid ksatria di zaman kekuasaan Prabu Airlangga. Ratna Nareh menjadikan peralatan pemuja sanghyang untuk sanggar dan menjaga tradisi tersebut.
Namun, ketika guru saktinya dikalahkan oleh Mpu Barada, Ratna Nareh melarikan diri ke daerah Jawa paling Timur dan memimpin sebuah desa dengan menjadi lurah di kawasan bernama Alas Daha. Konon, desa ini juga merupakan gerbang antar dimensi Pantai Utara Jawa yang memiliki padusan (pemandian penari). Padusan ini dipercaya sebagai tempat persinggahan sekaligus pemandian Nyi Roro Kidul ketika berkunjung.
Baca juga: Aulia Sarah sebagai Badarawuhi: Scene Nari Bikin Merinding!
Ratna Nareh tidak pergi dengan tangan kosong, melainkan membawa ilmu Kadigjayan yang berhasil dipelajarinya. Hal ini membuatnya mampu mengalahkan para lelembut di Jawa Tengah dan Timur, serta menjadi lurah—menggantikan sosok lurah pendahulunya yang berusaha memuaskan hasratnya dengan Ratna Nareh.
Di desa tersebut, Ratna Nareh menjadi sangat angkuh dan tak segan melanggar peraturan yang sudah dibuat di desa. Salah satunya, melanggar aturan untuk menari dengan iringan musik gamelan. Hal ini dilakukan Ratna Nareh dengan tujuan mengundang para lelembut untuk hadir. Namun, lelembut yang datang bukan hanya menyerang Ratna Nareh, tapi juga seluruh warga desa, termasuk para penari.
Ratna Nareh dan penduduk desa pun musnah bak ditelan bumi. Mengetahui kejadian ini, Nyi Roro Kidul mengutus kaki tangannya untuk merasuki tubuh seorang penari dengan tujuan menjaga padusan tempat persinggahannya.
Sayangnya, lelembut utusan Nyi Roro Kidul tidak ingin keluar dari tubuh sang penari dan alhasil, tubuh tersebut hancur melebur. Setelah diusir dari Pantai Selatan karena telah membelot, lelembut ini pun dikutuk mengenakan selendang hijau, mirip dengan Ratna Nareh, lalu kemudian menjelma sebagai sosok siluman ular bernama Badarawuhi.
Badarawuhi di Desa Penari
Itulah kisah asal usul Badarawuhi asli. Ternyata, sosok tersebut memang sangat berkaitan dengan penari, sebab lelembut utusan Nyi Roro Kidul yang harusnya menjaga padusan justru enggan keluar dari tubuh seorang penari dari desa di Alas Daha tersebut, sehingga ia pun dikutuk.
Baca juga: Gandeng Lionsgate untuk Film Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Ini Baru Permulaan!
Namun, kutukan tersebut justru membuat sosok lelembut yang membelot ini semakin menggila, sebab setelah lama dikutuk dan diusir dari Pantai Selatan, ia masih mengganggu manusia, bahkan ingin menjadikan semua wanita yang disukainya sebagai dawuh. Visualisasinya persis dimuat dalam film Badarawuhi di Desa Penari. Berikut sinopsisnya.
Film Badarawuhi di Desa Penari merupakan prequel dari film KKN di Desa Penari yang menceritakan tentang Mila, seorang wanita yang ingin mencari tahu cara menyembuhkan ibunya karena tengah sakit keras di rumah. Mila bersama kakak sepupunya, Yuda, dan teman-teman Yuda yaitu Arya dan Jito, pergi ke Desa Penari, desa yang dianggap memiliki sumber jawaban dari pencarian panjang Mila terkait penyakit ibunya.
Sesampainya di desa, mereka diberitahu bahwa orang yang mampu memberitahu mereka terkait penyakit dan pertanyaan berbau mistis itu adalah Mbah Buyut, sedangkan Mbah Buyut sedang pergi jauh dan belum ada tanda-tanda kedatangannya. Alhasil, Mila, Yuda, Arya, dan Jito terpaksa tinggal dan menunggu di desa.
Baca juga: Kisah Badarawuhi di Desa Penari: Maudy Effrosina Menari dalam Buta!
Yuda meminta seorang gadis desa bernama Ratih untuk mempersilakan Mila tinggal di rumahnya, sebab tempat tinggal yang tersedia di desa hanyalah sebuah bangunan terbuka layaknya tempat pos ronda. Mendengar permintaan itu, Ratih memperbolehkan Mila untuk menetap sementara waktu, meski Ratih meperingatkan Mila untuk tidak berisik karena ibunya Ratih juga sedang sakit keras.
Di rumah Ratih, Mila tak sengaja mengintip ibunya Ratih yang terbaring di tempat tidur. Tubuhnya digerogoti oleh borok yang bernanah dan berdarah. Anehnya, Jiyanti (ibunya Ratih) tak hanya diam terbaring, tapi tubuhnya bergerak seperti sedang menari!
Melihat ini, Mila mengatakan kepada Ratih bahwa ibunya di Surabaya juga mengalami penyakit yang serupa. Itulah tujuan Mila datang ke desa ini—untuk mengembalikan gelang Kawaturih kepada pemilknya dengan harapan ibunya sembuh dari penyakit kutukan ini.
Alih-alih mencari tahu cara menyembuhkan ibunya, Mila justru bertemu dengan sesuatu yang lebih besar di Desa Penari. Usut punya usut, Ratih telah membuat perjanjian dengan Badarawuhi, sang siluman ular; jika berhasil menyerahkan Mila, maka ibu Ratih akan sembuh. Ternyata, Badarawuhi telah menyukai Mila sejak awal kedatangannya ke desa tersebut dan memanfaatkan penyakit kutukan ibunya Ratih sebagai jaminan supaya Mila menjadi calon dawuh.
Di padusan (pemandian) pun, Badarawuhi merasuki tubuh Ratih dan membuat Mila ketakutan. Dari situlah Mila baru menyadari bahwa ia terlanjur berurusan dengan sosok Badarawuhi, sosok lelembut yang menguasai Timur Jawa.
Suatu hari, Ratih berhasil membawa Mila pergi ke Angkara Murka, tempat Badarawuhi berada dengan para lelembutnya. Mila pun terpaksa menyerahkan Kawaturih kepada Badarawuhi tanpa mengetahui sebab dan akibat dari aksinya ini. Kemudian, Mila dan Ratih kabur dari Angkara Murka.
Selama berpuluh-puluh tahun sejak kejadian ibunya Mila kabur membawa Kawaturih, Badarawuhi tidak dapat memilih calon dawuh. Namun, setelah Mila mengembalikan Kawaturih milik Badarawuhi, semuanya berubah.
Tak lama kemudian, Mbah Buyut kembali dari perjalanan panjangnya. Mbah Buyut mulai mempersiapkan ritual pemilihan calon dawuh dengan segera, apalagi Mila dan Ratih sudah diteror habis-habisan oleh Badarawuhi karena sudah mendapatkan Kawaturihnya kembali.
Awalnya, Yuda menyuruh Mila untuk pulang ke rumahnya, tapi Mila menolak, seakan memiliki firasat bahwa Badarawuhi akan terus memakan korban dan para lelembut utusannya akan memusnahkan seluruh warga desa jika ritual tidak dilakukan. Akhirnya, Mila memberanikan diri mengikuti rangkaian ritual yang diketuai oleh Mbah Buyut.
Baca juga: Sandiaga Uno Dukung Film Badarawuhi di Desa Penari Sepenuhnya: Gala Premiere
Pertama-tama, Mila mencoba kopi yang dibuatkan oleh Mbah Buyut. Jika seseorang meminum kopi tersebut dan merasakan rasa manis, maka ia telah dipilih sebagai calon dawuh. Sedangkan jika rasanya pahit, maka tandanya ia tidak ketempelan oleh sosok apapun, termasuk Badarawuhi.
Sudah tahu jawabannya sampai di sini? Yes, menurut Mila, kopi yang diminumnya itu manis.
Mila pun melanjutkan ritual dengan dimandikan di padusan bersama Ratih dan berjalan ke pendopo tempat para penari menari. Di tahap ini, para calon dawuh akan masuk ke Angkara Murka tanpa mereka sadari dan menari terus menerus. Jika satu persatu dari mereka tumbang, penari lainnya harus tetap menari, karena tandanya Badarawuhi telah memilih dawuhnya.
Dari tujuh calon dawuh, hanya Mila dan Ratih yang masih tersisa. Mereka dibawa untuk menari di Angkara Murka dan Badarawuhi belum menentukan pilihan di antara kedua gadis ini. Di Angkara Murka, Mila melihat Ratih, Jiyanti, dan ibunya sendiri tengah menari di hadapan Badarawuhi. Mila juga melihat banyak dawuh yang telah dipilih dan terjebak dalam dunia ini sehingga di kehidupan nyatanya, mereka mendapatkan penyakit kutukan hingga meninggal.
Namun, ibunya Mila memperingati Mila untuk tidak mengikuti segala permintaan yang dilontarkan oleh Badarawuhi. Terjadi adegan mengharukan di sini antara hubungan seorang ibu dan anak. Sang ibu sudah tidak berdaya dan tidak dapat keluar dari penjara dunia ghaib yang disebut Angkara Murka ini. Ia harus menari sepanjang hayatnya.
Sedangkan, di sisi lain, Mila masih bisa kabur dari Angkara Murka dan melawan Badarawuhi. Melihat ibunya tersiksa di dunia nyata, Mila tidak tega meninggalkannya juga di Angkara Murka, tapi waktu serasa tidak berpihak pada mereka berdua. Mau tidak mau, Mila harus melanjutkan hidupnya dan mengikhlaskan ibunya yang tidak memiliki kekuatan apapun untuk melawan sang sosok siluman ular.
Mbah Buyut pun menjemput Mila dengan berubah wujud menjadi seekor anjing hitam yang tak kasat mata. Gonggongan anjing tersebut sungguh menggelegar hingga membuat seluruh dawuh berhenti menari untuk sesaat. Mila mengerti isyarat untuk segera melarikan diri dan mengikuti suara gonggongan anjing itu hingga berhasil tersadarkan diri.
Mbah Buyut mengatakan untuk tidak kembali lagi ke Desa Penari dan mengikhlaskan segala yang telah terjadi. Mila melebur bersama tangis, mengetahui bahwa ibu kandungnya, Ratih, serta ibunya Ratih, Jiyanti, telah berpulang, sedangkan arwahnya masih terus menari di dimensi kehidupan yang tak terbatas.
Setelah Mila kembali ke rumahnya, benar, ibunya telah tiada. Namun, Mila akan selalu mengingat bahwa perjuangan ibunya tidaklah sia-sia—membawa Mila kembali ke dunia nyata dan tetap menjalani kehidupan sebagaimana mestinya.
Film ini diangkat dari kisah nyata yang diceritakan oleh SimpleMan dan merupakan kisah asal usul Badarawuhi yang juga bersumber dari saksi nyata. Tak hanya itu, magisnya film ini lebih terasa karena selain pemeran Badarawuhi yang mengagumkan dalam berakting, film ini menjadi film pertama di Asia Tenggara yang dirilis di IMAX menggunakan standar kamera IMAX.
Manoj Punjabi selaku produser film ini juga menyatakan bahwa MD Pictures bekerja sama dengan Lionsgate untuk mendistribusikan film ini ke luar negeri, terutama Amerika. Sehingga, Badarawuhi di Desa Penari tidak hanya tayang di tanah air, tapi juga goes international.
Ingin melihat pesona Aulia Sarah sebagai Badarawuhi? Nonton Badarawuhi di Desa Penari bersama orang tersayangmu. Serta, dengarkan original soundtrack-nya di seluruh digital streaming platform:
- Sinden Badarawuhi ‘Dawuh’ dinyanyikan oleh Madukina dan Matoha Mino.
- ‘Apa Arti Hidup Ini’ dinyanyikan oleh ArumtaLa.
Follow akun media sosial MD Pictures agar tahu berita up-to-date seputar film MD!
MD Pictures (Production House)
Instagram: @mdpictures_official
TikTok: @mdentertainmentofficial
Facebook: MD Pictures
X: @MDPictures
YouTube: MD Pictures
Badarawuhi di Desa Penari (Movie)
Instagram: @kknkmovie