Awi Suryadi menjelma dari sutradara drama komedi menjadi spesialis film horor mungkin tak pernah terlintas dalam pikiran terliarnya. Namun, itulah yang terjadi. Awi yang dulunya pernah merugi miliaran rupiah, berkat kerja samanya bersama MD Pictures lewat KKN di Desa Penari, menjadi sutradara Indonesia terlaris sepanjang masa. Bagaimana kisahnya?
Awi lahir di Bandar Lampung, 24 September 1977 dengan nama Suryadi Musalim. Bapaknya seorang pengusaha bioskop yang tersebar di Lampung, Palembang, Bengkulu, hingga Jambi. Berkat itu, sedari kecil Awi sudah akrab dengan film dan layar lebar.
“Saya tuh hobinya nonton ke bioskop. Terus kalau film kecil sih apa, ya? Yang saya ingat mungkin Terminator. Filmnya Arnold Schwarzenegger, Terminator 1 itu yang lumayan berkesan sih, sama Rocky lah ya, standar. Selalu Stallone sama Arnold,” ujar Awi saat wawancara bersama Liputan 6.
Setelah lulus kuliah dari Amerika, meskipun bergelar insinyur, Awi memantabkan hati untuk terjun ke industri perfilman sebagai sutradara. Film pertama yang ia tulis dan sutradarai rilis tahun 2005, berjudul Gue Kapok Jatuh Cinta.
Dari merugi hingga masuk nominasi FFI
Awi memulai perjalanannya di perfilman nasional dengan biaya pribadi. Waktu itu ia belum kenal banyak orang di industri ini. Jejaringnya belum seluas sekarang. Dan namanya masih mengendap dalam lumpur.
Ia bercerita awalnya bersahabat dengan Thomas Nawilis yang sudah lebih dulu terjun ke dunia hiburan. Awi pun menawarkan naskah Gue Kapok Jatuh Cinta kepadanya dan Thomas tertarik. Mereka pun mencari dua investor lagi untuk membiayai produksi film itu. “Semuanya masih circle friends,” kata Awi.
Mereka berempat patungan Rp750 juta per orang dan Awi pun mulai menggarap film pertamanya. Namun, dengan modal Rp3 miliar tidak cukup untuk biaya promosi. Akhirnya, Gue Kapok Jatuh Cinta hanya disebarkan dari mulut ke mulut. Wajar kemudian penjualannya nyungsep.
“Seingat saya yang balik ke rekening saya itu kayaknya 300 juta kalau enggak salah. Jadi masing-masing orang rugi. Kerugiannya 450 juta. Berarti kan (total kerugian) 1,8 M,” kenang Awi.
Nama Awi mulai naik ketika menggarap film berjudul Claudia/Jasmine tahun 2008, sebuah drama komedi romantis yang menceritakan kisah cinta dua perempuan beda usia. Pertama, Claudia yang masih SMA dengan lika-liku cinta segitiganya. Selanjutnya, ada Jasmine yang sudah dewasa dengan trauma percintaan masa lalu.
Claudia/Jasmine mendapat 4 nominasi dalam Festival Film Indonesia (FFI), yaitu film cerita panjang terbaik; pemeran pendukung wanita terbaik; skenario terbaik; dan penyunting gambar terbaik.
“Produser-produser pada suka, filmmakers pada suka. Di situ Mas Riri, Mba Mira, jadi tahu nama saya,” cerita Awi.
Berkat itu juga, Awi akhirnya berkenalan dengan Yoen K, produser Maxima. “Nah Pak Yoen K dari Maxima Pictures memercayakan film ke saya. Harusnya film komedi. Karena waktu itu, kata Pak Yoen K, 21 cari film horor, jadinya diganti ke film horor Sumpah Pocong di Sekolah,” ujarnya.
Dua tahun kemudian, film Awi I Know What You Did on Facebook (2008) kembali mendapatkan banyak nominasi di FFI dan menang di kategori Tata Sinematografi Terbaik.
Kolaborasi Awi dengan MD Pictures guncang bioskop Tanah Air
Kalau dulu Awi lebih sering bikin film drama komedi, setelah berkenalan dengan produser besar, ia lebih sering menggarap film horor karena kebutuhan pasar. Puncaknya, ketika Awi dipersunting MD menggarap film berdasarkan nov el Risa Saraswati, Jurnal Risa.
“Sejujurnya MD waktu itu bingung ini naskah mau diapain karena novelnya Risa Saraswati bukan horor sebenarnya… Risa cilik dan hantu-hantu cilik. Sedangkan MD mau coba bikin film horor,” ujar Awi kepada Liputan 6.
“Setelah saya baca bukunya, saya pilih ya sudah karakter Asih saja yang kita bikin jahat. Dari situlah saya meeting dengan penulis, terus kita develop bareng,” lanjutnya.
Lalu jadilah film Danur. Horor perdana Awi bersama MD itu sukses besar dengan total jumlah penonton mencapai 2,7 juta orang.
Setelah menyutradarai tiga film Danur, Awi bertemu dengan thread horor fenomenal karya @SimpleMan, KKN di Desa Penari. Begitu selesai membacanya, ia buru-buru menghubungi MD Entertainment.
“Harus dapat IP ini. Gue mau banget megang ini. Ini bisa jadi sebuah film horor yang bikin saya semangat lagi,” kata Awi waktu itu. Gayung bersambut, MD rupanya sudah mengincar thread itu. Namun, mereka bersaing dengan enam production house (PH) lain.
Semesta mendukung langkah Awi. CEO MD Entertainment Manoj Punjabi pun berhasil meyakinkan SimpleMan untuk memberikan IP KKN di Desa Penari ke mereka. Awi pun segera ditunjuk untuk menggawanginya.
Film itu tayang berbarengan dengan Doctor Strange pada 2022, tetapi tetap berhasil berjaya. Dengan mudah jumlah penontonnya menyalip film-film lain hingga bertengger di puncak film Indonesia terlaris sepanjang masa.
Total penonton KKN di Desa Penari mencapai 10.061.033 orang. Di atasnya hanya ada Avengers: Endgame sebagai film terlaris di Indonesia. Dan tampaknya, rekor itu bakal bertahan lama.
Awi kini sudah merilis film terbarunya bersama MD Pictures, yaitu Perewangan yang tayang di bioskop sejak 24 Oktober 2024. Selanjutnya, Awi bakal kembali reuni dengan penulis naskah KKN di Desa Penari, Lele Laila, dalam film horor Pabrik Gula yang akan tayang tahun 2025.
Jangan lupa follow akun media sosial MD Pictures agar tahu berita up-to-date seputar film MD!
MD Pictures (Production House)
Instagram: @mdpictures_official
TikTok: @mdentertainmentofficial
Facebook: MD Pictures
X: @MDPictures
YouTube: MD Pictures
Perewangan (Movie)
Instagram: @perewanganfilm