Ngomongin profil Hanung Bramantyo, siapa sih yang belum pernah dengar nama sutradara kondang sekaligus suami dari artis Zaskia Adya Mecca ini? Berbagai film garapan Hanung sukses di pasaran, seperti Ayat-Ayat Cinta, Habibie & Ainun 3, Ipar Adalah Maut, hingga terkini Laura yang baru tayang sejak 12 September kemarin. Semuanya tadi hasil garapan Hanung bareng MD Pictures.
Namun, di balik kiprahnya dalam belantika perfilman tanah air, jarang ada yang tahu kalau Hanung sebelumnya sempat membenci dunia film loh. Ia juga pernah menerbitkan novel dan komik karangannya secara indie buat dibagikan terbatas ke teman-teman sekolahnya. Sebelum kami bocorin lebih banyak fakta-fakta Hanung yang jarang terungkap, yuk kenalan dulu dengan profil pria bernama asli Setiawan Hanung Bramantyo ini.
Lebih dekat dengan Hanung
Hanung lahir di Yogyakarta, 1 Oktober 1975. Ia menghabiskan masa kecil dan remajanya di Kota Gudeg itu hingga lulus SMA. Dalam suatu acara talkshow di Jakarta 6 Juni kemarin, ia sempat curhat bahwa nilai akademiknya kurang sehingga tak bisa mendaftar ke sekolah negeri. Walhasil, Hanung sekolah dasar hingga menengah di sekolah swasta.
Saban lebaran dan kerabatnya pada kumpul, lalu sepupu dan omnya bertanya Hanung sekolah di mana, ia bakal menjawab SD atau SMP 3. Mereka bakal mengira itu sekolah negeri. Padahal, yang dimaksud Hanung adalah SD dan SMP 3 Muhammadiyah.
“Setahu pakdhe saya dan saudara saya, sekolah yang pakai nomor itu negeri. Padahal saya SD dan SMP 3 Muhammadiyah, sekolah swasta bukan sekolah negeri,” cerita Hanung dalam Talkshow Komitmen Bersama Bunda PAUD Mendukung Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan di Jakarta, Selasa (6/6).
Hanung mengaku lemah dalam pelajaran ilmu alam seperti matematika dan fisika. Namun, ia menggandrungi sastra dan filsafat sejak SMA. Maka, katanya, waktu banyak teman-teman sepantarannya asyik nonton Catatan Si Boy, Hanung malah lebih nyaman membaca buku-buku berbobot.
“Bayangkan saat anak di usia SMA senang nonton film Catatan Si Boy, saya malah mengejek mereka anak kapitalis. Bacaan saya saat itu Nietze, Karl Marx, IIvan Irlich, dan buku filsafat,” ujarnya.
Lulus SMA, Hanung sempat melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, tetapi tidak dirampungkan. Ia yang sebelumnya antipati dengan perfilman malah jadi tertarik ke dunia itu. Selanjutnya ia mengambil jenjang D3 di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Sejak awal 2000-an, ia sudah mulai aktif bikin film dan diperhitungkan sebagai sutradara muda berbakat. Film pendeknya Topeng Kekasih sempat tayang dalam Tampere International Film Festival di Finlandia. Bahkan, pas Festival Film Indonesia (FFI) 2005, Hanung didapuk jadi sutradara terbaik lewat filmnya, Brownies.
Sementara itu, di luar kehidupan profesionalnya, Hanung sempat menikah dengan perempuan bernama Yanesthi Hardini dan memiliki seorang putra, tetapi rumah tangga keduanya kandas pada 2008. Setahun kemudian, Hanung menikahi artis Zaskia Adya Mecca yang hingga kini memberikannya dua putri dan tiga putra.
Fakta-fakta menarik Hanung
Berikut ini beberapa fakta menarik hasil wawancara dengan Hanung Bramantyo dari berbagai sumber:
1. Sempat membenci dunia film
Dalam wawancaranya bersama Tim Jurnal Imaji dari Fakultas Film IKJ, Hanung mengaku dulu tak menyukai film saat remaja. Ia menganggap kualitas film Indonesia rendah dan hanya menampilkan pencitraan yang tidak sesuai dengan realita.
“Awalnya saya benci film. Saat masih SMA, saya beranggapan bahwa film, apalagi film nasional, sebuah karya yang sekedar mengumbar syahwat, majal, dan bodoh. Apalagi sinetron TV, mengumbar kedangkalan dan kemewahan yang jauh dari potret manusia Indonesia sesungguhnya,” ujar Hanung.
Bagi Hanung, seni yang sebaik-baiknya adalah yang menampilkan manusia seutuhnya dalam balutan konflik yang masuk akal. Maka ia membenci film dan sinetron Indonesia waktu itu yang menurutnya tak masuk akal.
Namun, ia kemudian mulai menyukai film setelah mengenal sutradara Teguh Karya. “Setelah berkenalan dengan Teguh Karya, pandangan saya tentang film berubah. Bahkan saya mengenal film-film dari belahan dunia lain, dalam perspektif yang berbeda dari film di bioskop kebanyakan,” ujarnya.
“Film ternyata bisa menyajikan cerita-cerita yang lebih dalam tentang manusia dan kehidupannya. Mulai saat itu saya serius dengan film.”
2. Cetak novel dan komik sendiri pas sekolah
Waktu zaman SMP, Hanung lebih tertarik mendengar dan membaca cerita-cerita, entah itu legenda, dongeng, lebih-lebih sejarah. Karena kegemarannya membaca, Hanung akhirnya mulai menulis ceritanya sendiri, mulai dari yang pendek hingga novel.
“Saya pernah menulis novel yang saya terbitkan sendiri, lalu saya bagi-bagikan ke teman-teman sekolah,” ujarnya.
Setelah itu, ia jadi punya keinginan untuk memvisualisasikan ceritanya sendiri. Maka ia mulai menggambar komik karangannya.
“Maka saya menggambar semua cerpen saya ke dalam bentuk komik. Lalu, komik tersebut saya cetak sendiri dan saya bagikan ke teman-teman juga. Saya senang ketika mereka menikmati ceerita saya,” ungkap Hanung.
Ia pun mulai membuat cerita untuk dipentaskan saat acara sekolah. Dari situlah bibit-bibit awal penyutradaraan tumbuh dalam dirinya.
3. Belajar film dari Manoj Punjabi
Hanung mengaku dulu sebagai pemuda yang ambisius, idealis, dan keras kepala, sehingga suka mengabaikan realita di sekelilingnya. Bagi Hanung muda, apalagi saat baru-baru lulus kuliah dari IKJ, ia menganggap segala karya yang sifatnya akademis dan internasional adalah yang terbaik.
“Saya mengalami benturan dahsyat, terutama ketika saya berhadapan dengan industri film dan televisi di tanah air. Namun, di situlah material bangunan ‘Rumah Profesionalitas’ saya terbentuk,” ujar Hanung.
Ia pun mulai mencoba membuka pikiran seluas-luasnya dan menerima semua pandangan. “Meskipun terlihat bodoh dan remeh-temeh, saya menemukan kerangka bangunan mulai terbentuk. Akhirnya saya menyimpulkan, bahwa proses belajar tidak pernah selesai,” sambungnya.
Saat peluncuran trailer film Laura Agustus lalu, Hanung pun secara terang-terangan menyebut produser MD Pictures Manoj Punjabi sebagai gurunya dalam menghasilkan karya-karya film yang bisa menjangkau realita masyarakat.
“Dari Pak Manoj saya belajar banyak, bagaimana cara membuat film yang ingin ditonton masyarakat, bukan untuk saya sendiri,” ujarnya.
Saksikan karya-karya Hanung Bramantyo bersama MD Pictures di bioskop kesayangan dan layanan streaming kesayanganmu. Jangan lupa follow akun media sosial MD Pictures agar tahu berita up-to-date seputar film MD!
MD Pictures (Production House)
Instagram: @mdpictures_official
TikTok: @mdentertainmentofficial
Facebook: MD Pictures
X: @MDPictures
YouTube: MD Pictures