Saksikan official Badarawuhi di Desa Penari trailer di sini.
Berhasil mencetak sejarah dalam industri perfilman, Kimo Stamboel menjadi sutradara tanah air pertama menggarap film yang ditayangkan di IMAX dan turut bekerja sama dengan Lionsgate untuk pendistribusian film ini ke kancah internasional. Bahkan, lewat film Badarawuhi di Desa Penari, sutradara Kimo Stamboel mengaku menerapkan special treatment yang belum pernah dilakukan di project sebelumnya. Simak interview bersama Kimo Stamboel ini!
Film Kimo Stamboel, Badarawuhi di Desa Penari: Perdana Syuting Film untuk IMAX dan Menerapkan Special Treatment yang Belum Pernah Dilakukannya!
How do you feel knowing that Badarawuhi di Desa Penari is filmed for IMAX?
Kimo Stamboel: “Excited, ya. Ini baru pertama soalnya. I think i’m quite lucky enough bisa menjalankan shooting for IMAX. Mungkin nggak banyak sutradara atau film-maker yang bener-bener bisa mendapatkan kesempatan ini, sih. Alhamdulillah, gue bisa mendapat kesempatan ini dan semoga apa yang gue shoot itu sesuai dengan kebutuhan IMAX tersebut. Jadi, quite excited and hoping for the best result-nya gimana. Kita udah camera test dan itu cukup keren—gue cukup puas. Cuman, kan, kita ambil beberapa segmen waktu itu, tapi yang sekarang udah beberapa semuanya komplit. Gue berharap banget itu menjadi sesuatu yang bisa kita banggakan bersama, lah, untuk universe Badarawuhi ini.”
Bagaimana cara Kimo Stamboel mengubah kisah nyata ini ke sebuah film?
Kimo Stamboel: “It’s a big quite challenge, ya, karena real story-nya panjang dan juga banyak intrigue-nya yang sulit untuk kita visualisasikan. Challenges-nya adalah bener-bener mengadaptasi itu dengan masuk ke screen—caranya banyak diskusi dengan SimpleMan dan penulis kita, Mba Lele. Kita diskusi supaya hampir semua unsur cerita yang diceritakan dapat kita masukkin ke dalam visual. Tapi, ada juga hal-hal yang mungkin tidak perlu kita gambarkan—kita bisa infuse itu ke dalam, mungkin perilaku karakternya dan secara situasinya. Itu yang menurut saya penting, lah, ya. Terutama di tahap kita developing story-nya. Dan itu nggak gampang banget, sih, karena dengan cerita yang besar, kita mencoba untuk bolak balik tektokan terus sama Simple Man dan writer kita untuk mendapatkan dynamic itu, untuk kita bisa present itu secara visual. Key-nya pada saat kita developing ceritanya dan involvement saya. Involvement saya di sini sangat dalam, ya. Karena ini juga suatu hal yang asing buat saya. Saya belum pernah mendapat cerita yang seperti ini, apalagi udah ada cetakannya juga sebagai Badarawuhi, dari KKN udah ada ceritanya, kita nggak bisa jauh dari situ. Diadaptasi bisa dibilang, lah. Jadi nggak semuanya di cerita dia bisa kita visualisasikan dan itu kita harus pinter-pinter gimana cara mendapatkan itu semua.”
Ceritakan awal mula proses pembuatan film Badarawuhi di Desa Penari!
Kimo Stamboel: “Kita benar-benar dalam beberapa bulan mengolah script. Of course, SimpleMan sangat terlibat dalam hal ini. Kita mulai proses casting pemain. Kita masih mau menggabungkan dari KKN pertama, jadi masih ada karakter dari KKN pertama yang kita masukkin ke sini. Kita juga harus melihat desa yang ada di KKN, di situlah challenge-nya. The real desanya udah nggak ada lagi. Pas kita balik ke sana, sudah banyak yang berubah. Saat pra produksi kita harus cari lokasi yang agak mirip dengan KKN, terutama desanya. Tapi ada beberapa hal yang structure-nya masih ada di situ. Kita benar-benar cari lokasi, latihan juga, karena di sini bahasa Jawa Timurnya dikeluarkan dan nggak main-main. Kita melakukan beberapa technical aspect seperti adegan-adegan yang kita harus tes, persiapan ke IMAX, jadi flow-nya agak berbeda dari persiapan-persiapan sebelumnya—lebih detil lagi dibanding project gue sebelumnya. Setelah beberapa bulan, kita masuk ke production. Di situlah yang kita mencoba untuk do the best we could dalam kondisi yang ada dan quite heavy. Ada pergerakan kru juga dan medannya cukup besar. Kita build set banyak juga. Waktu kita masuk ke post production, gue nggak pernah challenge-nya semakin ke bawah, justru naik terus. So far, challenge banget membawa cerita ini secara editing, penceritaan, supaya bisa dinikmati.”
Bagaimana pengalaman kerja sama dengan cast Badarawuhi di Desa Penari?
Kimo Stamboel: “Seru, sih. Ini semua gue belum pernah kerja sama di project ini. Aulia pertama kali, ada Dinda—Dinda juga pertama kali. Ada Claresta, Maudy, Jourdy, Iqbal, Ardit, semua, deh. They’re all talented dan gue seneng banget karena mereka willing to explore karena cerita ini bener-bener nggak gampang. Dengan segala macam emosi yang ada, itu agak-agak heavy.”
Baca juga: Sandiaga Uno Dukung Film Badarawuhi di Desa Penari Sepenuhnya: Gala Premiere
Adakah treatment khusus untuk film Badarawuhi di Desa Penari?
Kimo Stamboel: “Ini pertama kali gue menggunakan unsur tarian, ya. Jadi, unsur tariannya cukup kental, ya, dan gue belum menerapkan ini sebelumnya. Terus, tari tradisional juga, kan. Very special dan belum pernah gue lakukan di film-film sebelumnya.”
Adakah karakter Badarawuhi yang menarik di film ini?
Kimo Stamboel: “Gue coba research sendiri dan akhirnya gue menemukan mana yang benar. Mencoba gali lebih dalam dia (Badarawuhi) itu siapa dan apa. Dan gue langsung ke sumber yang benar-benar tahu Badarawuhi. Dia menjelaskan ternyata Badarawuhi itu gimana. Jadi kalau kalian perhatikan, dari KKN dan Badarawuhi di Desa Penari, Badarawuhi kelihatan lebih dark, karena memang dia come from that place gitu sebenarnya. Jadi, special treatment-nya kita bikin di sini dia sedikit lebih dark.”
Apa scene yang paling sulit diambil?
Kimo Stamboel: “Semuanya, tapi difficult itu scene badai. It’s a very short scene, gue pengennya tadi lebih besar daripada itu karena secara technical, itu tidak gampang. Karena itu involve a lot of stuff. Karakter harus jalan, masuk ke rumah, ke luar rumah, di dalam rumah. Kalau lo perhatiin, yang di dalam rumah itu kita shoot di studio dan gue harus membawa badai itu ceritanya di dalam rumah itu. Dan itu kita harus create. And after that, karakternya harus ke luar—artinya relocation. Kita harus membuat badai yang lumayan gede. Tapi kayaknya dari segi waktu, kita tidak bisa. Salah satunya itu, it’s one of the biggest challenges. Tapi, working with 50 dancers juga sulit, sih. That’s a controlled environment. Untuk kita ngatur, take a quite a challenge. Yang gue pikir bakal ribet banget kayak involve snake segala macam, malah biasa aja.”
Adakah kesulitan dengan cerita yang berasal dari latar waktu di masa lalu?
Kimo Stamboel: “Masalah bahasa, ya. Especially karena kita set di Jawa Timur, apalagi di Jawa Timur tahun 70-80an itu secara bahasa kayaknya sangat berbeda dengan sekarang. Itu yang membuat challenge tersendiri. Gue sampe nanya ke orang-orang yang hidup benar-benar di tahun itu, konsultasi sama dialog coach juga. Kita menyelaraskan itu.”
Adakah kejadian horor selama berada di lokasi syuting?
Kimo Stamboel: “Di lokasi mungkin nggak ada, tapi di hotel ada. Hotelnya bagus banget, nyaman sekali. Cuman kita, kan, syuting di lokasi di mana energinya berbeda. Ada beberapa titik lokasi yang bener-bener ancient, tua gitu. Kita di daerah Wonosari, Jawa Tengah. Itu, kan, hutan yang nggak disentuh. Dan lucunya ada beberapa struktur yang kalau kita perhatiin itu kayaknya emang take back jauh banget. Mungkin dibangun tahun berapa kita nggak tahu. Dan kayaknya beneran ancient. Obviously, kalau udah ada energi-energi seperti itu, mungkin ngikut. Tapi, Alhamdulillah, di lokasi aman-aman aja.”
Apa fun fact sebelum take?
Kimo Stamboel: “Di meja gue harus ada sesuatu, yaitu buah pisang! Gue kurang konsentrasi kalau nggak makan pisang,” tawanya.
Apa set favorit Kimo Stamboel?
Kimo Stamboel: “Semuanya gue suka, sih, tapi yang quite special kita ada satu adegan di pemandian dan rame-rame gitu, ya. Gue cukup suka, sih, di situ walaupun agak creepy. Orang-orang juga ngerasa agak creepy. Kita cuman bisa syuting siang doang, nggak bisa malam. Nama set-nya padusan kembar.”
Apa harapan Kimo Stamboel untuk film Badarawuhi di Desa Penari?
Kimo Stamboel: “Harapannya film ini bisa dikenang, sih, sama generasi sekarang dan generasi berikutnya. Gue, sih, selalu kalau bikin film kepingin film itu bisa ditonton berkali-kali. Kalau lo nonton film ini sekali di bioskop terus pengen came up di OTT, somewhere, and you watch it again, it has the same impact. Itu target gue, sih. Film ini bisa dikenang di generasi berikutnya dan generasi kita yang nonton, lah.”
Nah, itulah interview spesial dari sutradara Kimo Stamboel yang menggarap film Badarawuhi di Desa Penari—film karya Kimo Stamboel ini merupakan film pertamanya yang ditayangkan di IMAX dan didistribusikan ke Amerika serta negara lain. Indonesia turut bangga! Penasaran dengan cerita Badarawuhi di Desa Penari full movie? Nonton sekarang!
Baca juga: ArumtaLa Nyanyikan Kembali Lagu ‘Apa Arti Hidup Ini’ untuk OST Badarawuhi di Desa Penari
Selain itu, streaming original soundtrack Badarawuhi di Desa Penari yang dinyanyikan oleh Madukina dan Matoha Mino dengan judul ‘Dawuh’ serta ‘Apa Arti Hidup Ini’ by ArumtaLa di seluruh digital streaming platform!
Follow akun media sosial MD Pictures agar tahu berita up-to-date seputar film MD!
MD Pictures (Production House)
Instagram: @mdpictures_official
TikTok: @mdentertainmentofficial
Facebook: MD Pictures
X: @MDPictures
YouTube: MD Pictures
Badarawuhi di Desa Penari (Movie)
Instagram: @kknmovie